Kanker
usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan
sel kanker pada usus, anal dan usus buntu.
Kanker ini adalah salah satu dari bentuk kanker yang paling umum dan penyebab kedua
kematian yang disebabkan oleh kanker di dunia Barat. Kanker usus besar
menyebabkan 655.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun. Banyak kanker usus
besar yang diketahui berasal dari polip
adenoma
pada usus dan penumpukan tinja
akibat konstipasi yang terlalu lama. Perkembangan polip
tersebut kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Terapi untuk kanker ini
biasanya melalui operasi, yang biasanya diikuti dengan kemoterapi.
Penyebab dan gejala
Sejauh ini, penyebab kanker usus besar memang belum
diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat
berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu
banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), obesitas
(kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga yang
memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur (risiko
meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas fisik, sering
terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan
merokok.
Dalam buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma
Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan
merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun penelitian terbaru
menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3
kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat
bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan
desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan kenaikan risiko
terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi kanker
usus besar. ”Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian kanker usus besar
dianjurkan untuk tidak merokok,” kata Aru. Mengenai gejala kanker usus besar,
Aru menyebut beberapa hal yang kerap dikeluhkan para penderita, yaitu:
- Perdarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar.
- Perubahan pada fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari enam minggu.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Rasa sakit di perut atau bagian belakang.
- Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar.Rasa lelah yang terus-menerus
- Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.
Untuk menangani kanker usus besar, menurut Aru, terapi
bedah merupakan cara yang paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit
yang masih terlokalisir. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran),
penanganan menjadi lebih sulit. Tetapi, dengan berkembangnya kemoterapi dan
radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada
kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah
kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium
III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.
Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik
(infus), melainkan dengan oral/tablet (Capacitabine). Ketersediaan capacitabine
tablet memungkinkan pasien untuk menjalani kemoterapi di rumah yang tentu saja
efektivitasnya lebih baik. ”Capacitabine juga merupakan kemoterapi oral yang
aman dan bekerja sampai ke sel kanker,” kata Aru yang juga menjabat sebagai
ketua Komisi Terapi Adjuvan, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal
Indonesia.
Pencegahan
Diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi kopi secara
rutin ternyata memiliki 15 persen risiko lebih kecil terkena kanker usus.
Sedangkan, mereka yang minum enam gelas atau lebih, maka risiko terserang
kanker usus berkurang hingga 40 persen. Lalu, janganlah jajan sembarangan,
karena kita tidak tahu apa yang terkandung di dalam jajanan yang akan kita
makan. Usahakan menghindari sembelit, karena
tumpukan tinja dapat menyebabkan kanker usus besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar