Kamis, 24 Januari 2013

akibat pemakian softlen

Mata adalah salah satu indera terpenting pada setiap manusia. Seiring bertambahnya usia, kemampuan mata pun bisa menurun dan mengalami hipermetropi atau rabun dekat. Kurang sehatnya pola hidup dan perawatan mata serta cara membaca, banyak remaja dan orang dewasa yang mengalami penyakit miopi atau rabun jauh, biasa disebut juga dengan mata minus, dan mengharuskan mereka untuk menggunakan kacamata.
Banyak orang yang merasa bahwa menggunakan kacamata adalah merepotkan dan banyak yang menghindari untuk menggunakannya karena menganggap frame bisa membuat wajah mereka tampak buruk. Walaupun kini kacamata sudah menjadi sebuah aksesoris dan tidak hanya dipakai oleh penderita mata minus saja, namun sebagian orang lebih memilih untuk menggunakan soft lens.
Walaupun tampilan mata bisa tampak lebih menarik dengan tersedianya berbagai macam model dan warna, namun penggunaan soft lens juga tetap memiliki efek samping pada mata. Seperti yang dilansir oleh Boldsky, berikut adalah beberapa efek samping tersebut.
Kebersihan
Mata merupakan salah satu organ tubuh yang paling sensitif. Jika kebersihan dari lensa tidak terjaga dengan baik, mata Anda bisa mengalami infeksi. Maka jagalah kebersihan soft lens Anda, sebelum dan setelah menggunakannya, agar terhindar dari efek samping yang ditimbulkan. Karena infeksi pada mata bisa menjadi lebih menyakitkan daripada bagian tubuh lainnya.
Mata kering
Efek samping lain yang sering terjadi dari penggunaan soft lens walam waktu yang cukup lama adalah mata menjadi kering dan gatal. Kondisi tersebut pastilah tidak menyenangkan untuk melihat dan beraktivitas.
Alergi
Salah satu efek samping yang kerap tidak disadari oleh pengguna soft lens adalah alergi mata. Alergi berupa mata merah sering dialami ketika Anda melepaskan soft lens. Mungkin ini kerap terjadi pada mata Anda, namun hal tersebut sering tidak disadari dan tetap menggunakannya.
Soft lens sebenarnya tidak boleh digunakan lebih dari 8 jam setiap harinya, untuk menjaga mata tetap dalam keadaan sehat dan normal. Jangan lupa pula untuk mengganti soft lens secara rutin sesuai dengan kemampuan dari masa pakainya, ada produk yang bertahan hanya untuk 1 bulan, ada pula yang masa pakainya hingga 3 hingga 6 bulan.

Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global).
Efek Rumah Kaca
Penyebab
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
    25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
    25% diserap awan
    45% diserap permukaan bumi
    5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Dampak
         Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon dioksida. Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka. Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun.
Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut. Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang
Pencegahan
         Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa diturunkan hingga 41 persen, bila mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya. Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat. Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.

Mimisan


Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis) atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung.
Ada dua tipe pendarahan pada hidung:
  • Tipe anterior (bagian depan). Merupakan tipe yang biasa terjadi.
  • Tipe posterior (bagian belakang).
Penyebab
Secara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu :
  1. Lokal
  2. Sistemik
Lokal
Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung)yang disertai patah tulang hidung(seperti pada gambar di halaman ini),mengorek hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa hidung, adanya tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)
Sistemik
Penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi, infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah, demam kuning, atau cikunguya, kelainan darah seperti hemofilia, autoimun trombositipenic purpura, dan leukemia.

Beberapa penyakit yang juga dapat menyebabkan mimisan, di antaranya:

- Infeksi
- Peradangan hidung baik disebabkan oleh alergi maupun non-alergi.
- Hipertensi
- Penggunaan obat-obatan atau zat yang berdampak mengencerkan darah, seperti aspirin, warfarin, suplemen ginkgo biloba, dan lain sebagainya.
- Konsumsi alkohol, terlebih dalam jumlah banyak.
- Penyebab yang lebih jarang terjadi adalah kelainan pembekuan darah (biasanya diwariskan dalam keluarga) dan tumor di daerah hidung.



Penyebab dari impotensi


Penyebab impotensi biasanya multifaktorial berupa faktor organik, fisiologis, endokrin, dan faktor psikogenik (psikologis). Secara umum impotensi dibagi menjadi disfungsi organik (fisik) dan disfungsi psikogenik (psikologis), tetapi kebanyakan pria dengan etiologi organik biasanya memiliki komponen psikogenik juga. Hampir setiap penyakit dapat mempengaruhi fungsi ereksi dengan mempengaruhi sistem saraf, pembuluh darah, atau hormonal.
Penyakit Impotensi
Penyebab impotensi organik meliputi :
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan impotensi adalah :
  • Penyakit vascular (pembuluh darah) :
    • Aterosklerosis
    • penyakit pembuluh darah perifer
    • Serangan jantung
    • hipertensi arteri
    • menjalani terapi radiasi
    • sedang menjalani pengobatan kanker prostat
    • trauma Pembuluh darah dan saraf (misalnya, karena mengendarai sepeda jarak jauh)
  • Penyakit sistemik atau degeneratif :
    • Diabetes mellitus
    • Scleroderma
    • Gagal ginjal
    • Sirosis hati
    • Idiopatik hemochromatosis
    • Kanker dan perawatan kanker
    • Dislipidemia
    • Hipertensi
  • Penyakit Neurogenik :
    • Epilepsi
    • Multiple sclerosis
    • Sindrom Guillain -Barre
    • Penyakit Alzheimer
    • Trauma
  • Penyakit pernapasan yang terkait dengan impotensi :
    • penyakit paru obstruktif kronik
    • Sleep apnea
  • Penyakit Endokrin (hormonal) :
    • Hipertiroidisme
    • Hypothyroidism
    • Hipogonadisme
    • Diabetes
  • Jiwa kondisi yang terkait dengan impotensi :
    • Depresi
    • Duda sindrom
    • Kinerja kecemasan
    • gangguan stres pasca trauma
  • Kurang gizi :
    • Malnutrisi
    • defisiensi seng (Zn)
  • Penyakit Hematologi (darah) :
    • anemia sel sabit
    • Leukemia
  • Menjalani prosedur bedah :
    • Prosedur pada otak dan saraf tulang belakang
    • Retroperitoneal atau diseksi kelenjar getah bening panggul
    • Aortoiliac atau aortofemoral bypass
    • reseksi perineal abdomen
    • Bedah pengangkatan untuk kanker prostat
    • Bedah perawatan dari penyakit prostat jinak
    • Radikal prostatektomi
    • Transurethral reseksi prostat
    • Cryosurgery prostat
    • Sistektomi
  • Mendapat pengobatan :
    • Antidepresan
    • Antipsikotik
    • Antihipertensi
    • Antiulcer agen , seperti cimetidine dan Finasteride
    • 5- Alpha reduktase inhibitor
    • agen penurun kolesterol
Faktor fisik berupa usia lanjut sering menyebabkan terjadinya impotensi. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi. Hal itu disebabkan karena menurunnya fungsi – fungsi organ disertai dengan banyaknya penyakit – penyakit yang yang ditemukan pada penderita usia lanjut.
Penyebab impotensi psikis (psikologis) :
Beberapa faktor psikis yang bisa menyebabkan impotensi :
  1. Depresi
  2. kecemasan
  3. Perasaan bersalah
  4. Perasaan takut akan keintiman
  5. Kebimbangan tentang jenis kelamin
Gejala impotensi : Penderita tidak mampu memulai dan mempertahankan ereksi.
Diagnosa impotensi
Diagnosis impotensi ditegakkan berdasarkan gejalanya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya gejala – gejala penyakit yang menyertai impotensi. Selain itu pemeriksaan tanda – tanda seksual sekunder misalnya misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun kulit. Pemeriksaan impotensi lainnya yang mungkin perlu dilakukan:
  1. Pemeriksaan darah lengkap
  2. Pemeriksaan gula darah untuk diabetes
  3. Pemeriksaan kadar TSH