BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Suatu perusahaan berkejawiban mengusahakan agar
karyawan memiliki kesadaran untuk turut bertanggung jawab atas kelancaran ,
kemajuan, dan kelangsungan hidup perusahaan. Di samping itu pemerintah
bertanggung jawab menciptakan dan memeliharah terbinanya hubungan yang serasi
antara pengusaha dan karyawan, yang pada giliranya akan memdorong terwujudnya
kelancaran, efisiensi, dan kesinambungan perkembangan perusahaan , sekaligus
dapat memenuhi kebutuhan kesejateraan karyawan sesuia dengan perkembangan dan
kemajuan perusahaan.
Prabowo (2002) menyebutkan bahwa perusahaan yang
ingin maju tidak hanya cukup karyawan yang potensial saja. Untuk memcapai
tujuan dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya, perusahaan membutuhkan
adanya kemauan, kesediaan, dan keteribatan, secarah penuh dari karyawan dalam
upaya mencapai tujuan dan mempertahankan kelangsungan perusahaan. Kemauan,
kesediaan dan keterlibatan ini tercermin dari perilaku kerja yang mau bekarja
keras, bekerja diluar tugasnya, serta bekerja dengan tingkat perhatian dan
ketekunan tinggi.
Sejalan dengan pernyataan diatas, Alwi (2001)
menyatakan bahwa sikap karyawan yang tetap bertahan dalam organisasi dan
terlibat mendalam dalm upaya – upaya mencapai misi, nilai dan tujuan organisasi
dikatakan sebagai komitmen. Komitmen dikembangangkan padabentuk hubungan yang
bersifat exchange theory, yaitu
melihat adanya hubungan timbal balik antara pemenuhan kebutuhan karyawan yang
diterima dari tempat kerja dengan kontribusi yang telah diberikan kepada
perusahaan, bila karyawan bersikap loyal
terhadap tempat kerja, maka perusahaan memberikan reword yang sesuai. Kesesuaian reward dengan kontribusi membuat
karyawan termotivasi untuk tetap memelihara kinerjanya. Faktor komitmen ini
dianggap penting karena karyawan yang memiliki komitmen terhadap perusahaan
akan memiliki sikap yang provesional dan menjunjung tinggi nilai – nilai yang
telah disepakati dalam perusahaan.
Streers dan Porter (1983) mengemukakan bahwa
komitmen terhadap perusahaan adalah sikap seseorang dalam mengindentifikasi
dirinya terhadap nilai- nilai dan tujuan perusahaan, adanya keinginan berusaha
demi kepentingan perusahaan dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
perusahaan tersebut.
Komitmen yang tinggi akan memberikan dampak positif
terhadap perusahaan. Dampak positif itu diantara lain mengingatka
produktivitas, kulitas kerja dan keputusan kerja serta menurunya tingkat
keterlambatan , absensi, dan trun over
dari karyawan.
Namun strees (1998) memaparkan kendala yang sering
mencuat kepermukaan dewasa ini iaiah : pemogokan, unjuk rasa, bolos kerja, dan trun over. Hal ini merupakan indikasi
bahwa perusahaan belum dapat memenuhi harapan yang dinginkan karyawan. Dengan
kondisi seperti ini akan sulit bagi karyawan untuk mempertahankan komitmennya
saat dihadapkan pada alternatif pekerjaan yang lain yang menjanjikan harapan
yang tinggi. Rendahnya komitmen karyawan itu sendiri akan merugikan perusahan
itu sendiri, terutama bila terjadi pada karyawan yang telah di didik dan
berpengalaman .
Steers menyatakan bahwa perilaku trun over atau keluar dari perusahaan
merupakan salah satu bentuk – bentuk komitmen karyawan pada perusahan yang
rendah. Robbins (2001) menambahkan bahwa komitmen organisasi mempunyai korelasi
negatif yang tinggi denga tingkat intensi trun over karyawannya. Artinya
semakin tinggi komitmen karyawan pada perusahaan semakin rendah intensi trun overnya. Karyawan yang mempunyai
komitmen yang tinggi pada perusahaannya akan mempunyai keinginan yang rendah
untuk keluar dari perusahaan. Alwi (2001) memberikan gambaran bahwa di
Indonesia masih banyak perusahaan yang memiliki karyawan dengan komitmen
rendah. Komitmen yang rendah ini tercermin dari tindakan – tindakan pemogokan,
unjuk rasa, absenkerja, sabotase, pengunduran diri dan pindah kerja.
Pentingnya dilakukan usaha – usaha untuk melindungi
keselamatan karyawan didalam menjalankan pekerjaanya telah mendapat perhatian
dari pemerintah dengan dikeluarkannya Undang – Undang Keselamatan Kerja no 1
tahun 1970. Undang – Undang ini merupakan sarana utama untuk pencegah
kecelakan;cacat dan kematian akibat
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dengan adanya Undang –Undang ini
pemerintah berusaha untuk menggulangi masalah keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) baik yang menyangkut peraturan perundangan kelembagaan ,pengawasan dan
aturan penegakan hukumnya
Dengan terjaminya (K3) oleh perusahan akan
menyebabkan karyawan merasa nyaman dan mempunyai rasa memiliki ( sence of belonging ) dan rasa ikut
bertanggungjawab (sence of responsibility)
terhadap pekerjan yang dihadapi yang akan mempengaruhi keterikatan (komitmen)
karyawan terhadap kerja dan perusahan. Selanjutnya, Steers menyebutkan bahwa
komitmen yang kuat dapat membawa dampak positif, antara lain : peningkatan
prestasi kerja, produktivitas kerja, motivasi kerja, dan karyawan lebih rajin
masuk kerja sehinggah mengurangi absensi. Welsch dan La Van (1981) menyimpulkan
bahwa adanya hubungan positif antara komitmen organisasi dengan suasana
partisipatif, kekuasaan, kesempatan promosi, usia, tingkat pekerjaan, jabatan
dan lama kerja sebagai pekerja profesional.
Berdasarkan survai pendahuluan yang telah dilakukan
pada PT. Suryamas Lestari Prima tanjung Morawa, perusahan ini bergerak dibidang
industri pengolahan kayu yaitu dari bahan baku balok di proses menjadi bahan
jadi seperti : pintu , jendela, konsen, dan lain – lain. Proses produksi yang
terjadi dari bahan baku balok menjai bahan jadi adlah proses sawmill, klin
dryer dan proses produksi ( assembling)
Didalam industri ini bahaya yang potensial terjadi
adalah : mechanical risk, yaitu
kecelakaan kerja yang disebabkan mesin atau peralatan kerja, misalnya :
terjepit, terpotong, terimpa, dan lain lain. Juga adanya resiko gangguan
pernafasan akibat terpapar debu serabut kayu.
Diketahui bahwa penerapan program K3 di perusahaan
ini sudah di mulai sejak awal berdirinya perusahaan ini yaitu pada tahun
1998.bagian pelaksanaan program K3 berjalan sebagaimana mestinya, hal ini
ditunjukan dengan adanya peraturan perusahaan tentang penggunaan alat pelindung
diri bagi para pekerja, juga adanya pergantian atau shift kerja. Tetapi
kecelakaan kerja masih juga terjadi, kondisi pelaksanaan program K3 di
perusahaan ini cukup menarikuntuk diperhatikan, mengigat dari tahun 2011 sampai
dengan Mai 2012 telah tejadi 35 kasus kecelakaan.
Dari survai pendahuluan juga diketahui bahwa
kehadiran pekerja cukup baik hal ini di lihat dari rendahnya tingkat absensi
pekerja. Maka berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan
antara sikap pekerja terhadap penerapan program K3 dengan komitmen pekerja
diperusahaan tersebut.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahaan dari
penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan
Program K3 Dengan Komitmen Pekerja Pada Perusahaan di PT.Suryamas LestariPrima
Tanjung Mowara Tahun 2012.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan
Umum
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap penerapan program K3 dengan
komitmen pekerja pada perusahaan di PT.Suryamas Lestariprima Tanjung Mowara
Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan
Khusus
1.
Untuk
mengetahui sikap pekerja terhadap penerapan program K3 di perusahaan.
2.
Untuk
mengetahui komitmen pekerja pada perusahaan.
3.
Untuk
mengetahui hubungan sikap pekerja terhadap penerapan program K3 dengan komitmen
pekerja pada perusahaan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
memberi informasi kepada pihak perusahaan tentang sikap pekerja terhadap
penerapan program K3 dan komitmen pekerja serta pentingnya program K3 bagi
perusahaan.
2.
Menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Sikap Terhadap Penerapan Progaram K3
2.1.1. Defenisi
Sikap
Sikap (attitude)
adalah kesiapan, kesediaan untuk bertindak dan bukan sebagai pelaksanaan motif
tertentu. Sikap merupakan suatu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi yang
akhirnya berintegerasi ke dalam pola yang lebih luas. Sikap menurut Notoatmojo
(1993) memiliki beberapa komponen, yaitu :
1.
Komponen
kognisi yang hubungannya dengan “ beliefes”,
ide dan konsep.
2.
Komponen
afiksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang.
3.
Komponen
konasi yang merupakan kecendrungan bertingkah laku.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebutkan juga
bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan tidak harus berupa
pelaksanaan motif tertentu. Menurut Gerungan ( 1983), sikap didasarkan pada
konsep evaluasi berkenaan dengan objek tertentu, motif untuk tingkah laku yang
di gambarkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak
secara kontiniudari positif melalui areal netral ke arah megatif dan dipandang
sebagai hasil belajar dari pada sebagai hasil perkembangan atau sesuatu yang
diturunkan dan memiliki sasaran tertentu dengan tingkat keterpaduan yang
berbeda. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi, berarti segi dinamis
menuju kesuatu tujuan.
Menurut Eiser
(1986), sikap menyatakan bahwa kita memiliki perasaan atau pikiran suka atau
tidak suka, setuju atau tidak setuju,tertarik atau menolak, percayaatau tidak
percaya pada apa yang kita lakukan atau katakan dan bagaimana kita bereaksi
terhadap apa yang orang lain katakan atau lakukan.
Tingkat sikap Menurut
Notoatmodjo adalah :
1.
Menerima
(receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2.
Merespon,
dapat diartikan memberikan jawaban untuk menyelesaikan pertanyaan yang
diberikan, terlepas dari apakah jawaban itu benar atau salah dilakukan.
3.
Menghargai
(valving), dapat iartikan melibatkan orang lain untuk ikut mengerjakan sesuatu
bersama- sama.
4.
Bertanggung
jawab (responsible),dapat diartikan sebagai sikap yang paling tinggi, yaitu
melakukan sesuatu yang terpilih dengan menerima segala resiko.
2.1.2. Program
K3 di Perusahaan
Flipo (1976) mengatakan program pencegahan
kecelakaankerja adalah suatu bagian utama dari fungsi pemeliharaan karyawan,
yang merupakan suatu bagian dari program menyeluruh. Kondisi fisik karyawan
dapa tertanggu melalui penyakit, ketegangan, tekanan, dan kecelakaan. Program
kesehatan karyawan penting bagi perusahaan untuk memperhatikan kesehatan umum
karyawan , seperti kondisi fisik dan mental karyawan. Martoyo ( dalam nugroho,
1999) menyebutkan pengertian keamanan karyawan yang bebas dari rasa takut dan
bebas dari segala kemungkinan kecelakan kerja. Kesehatan karyawan adalah
kesehatan jasmani maupun rohani. Seorang disubut sehat jasmani jika seluruh
unsur organisme badaniah berfungsi secara normal dan baik, sedangkan sehat
rohani apabila seseorang sudahberhasil mengadaptasikan dirinya pada perusahaan
dimana ia bekerja, memiliki konsepsi yang akurat tentang kenyataan – kenyataan
hidup, dan dapa mengatasi berbagai stress dan frustasi.
Dari uraian diatas maka dapat ditarik suatu
pengetian bahwa program K3 adalah bagian dari sistem menajemen yang penerapanya
berguna untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan keja dan penyajkit
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan fisik.
Di tinjua dari segi keilmuan, K3 dapat diartikan
ssebagai ilmu pengetahuan dan penerapanya guna mencegah kemungkinan terjadi
kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan di lingkungan
kerja.
Tujuan program K3 menurut Suma’mur (1995) di uraikan
sebagai berikut :
1.
Melindungi
karyawan atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejateraan
hidup dan meningkatkan produksi, serta produktifitas nasional.
2.
Menjamin
keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja
3.
Pemeliharaan
sumber produksi dan mempergunakannya secara aman dan efesien.
Guna meningkatkan produktifitas kerja sebagai salah
satu tujuan penerapan program K3 maka
prinsip ergonomi harus diperhatikan, misalnya : mesin, alat atau perlengkapan
kerja yang disediakan harus disesuaikan dengan keadaan karyawan. Silalahi
(1995) menyatakan, perlengkapan dan benda yang menjadi bagian tak terpisahakan
dari kegiatan rutin seorang karyawan harus sedemikian rupa, agar :
1.
Tidak
terbuang waktu dan energi yang sia sia.
2.
Suasana
kerja yang myaman dan tidak meletihkan
3.
Efesiensi
kerja optimum dapat tercapai
4.
Selamat
dan sehat
Selain untuk mengurangi dan memcegah kecelakaan
serta penyakit akibat kerja, program K3 juga bertujuan untuk menciptakan
kondisi kerja yang sehat dan aman. Hal ini dikemukakan oleh handoko ( dalam
Nugroho, 1999) yang menyebutkan tujuan
program K3 adalah untuk memberikan kepada karyawan kondisi kerja yang lebih sehat
dan aman serta menjadi lebih bertanggungjawab atas kegiatan – kegiatan
tersebut, terutama bagi perusahaan – perusahaan yang mengalami tingkat
kecelakaan yang tinggi. Sehinggah perumusan tujuan program K3 adalah mengurangi
dan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehinggah karyawan dapat
terlindungi selamat, aman, dan dapat mencapai tingkat kesehatan setinggi –
tingginya, serta menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.
2.1.3. Sikap
Pekerja Terhadap Penerapan Program K3
Setiap karyawan dapat memiliki sikap memdukung
maupun sikap tidak mendukung timbul jika karyawan marasa bahwa program K3
perusahaan dapat memberikan kenyamanan, ketentraman, kesehatan, dan
keamananpada karyawan. Sedang sikap tidak mendukung muncul jika program K3
perusahaan dirasakan tidak memberikan perasaan nyaman, tentram, tenang, dan
aman pada pada karyawan saat bekerja. Sikap terhadap penerapan K3 ditentukan
oleh bagaimana sikap karyawan, pihak manajeman sebagai penanggung jawab
pelaksana program K3, yang berperan merencanakan dan pengambilan keputusan.
Sikap terhadap penerapan program K3 dapat berkembang baik lewat hubungan dan
kerjasama yang baik antara pihak manajemen perusahaan dan lingkungan sekitar
perusahan.
2.2. Komitmen
Karyawan Pada Perusahaan
2.2.1. Definisi
Komitmen Karyawan Pada Perusahaan
Dewasa ini konsep komitmen terhadap perusahaan telah
menduduki tempat yan g sangat penting dalam penelitian tentang perilaku
organisasi. Hal ini dilakukan karena banyak perilaku kerja yang dipengaruhi
oleh tingkat komitmen yang dimiliki oleh karyawan terhadap perusahaan tempat
mereka bekerja.
Welsch dan La Van ( 1981) menyatakan komitmen pada
perusahaan adalah sebuah dimensi perilaku yang penting dan dapat digunakan
untuk menilai keterikatan karyawan pada perusahaan. Hal ini didukung oleh Davis
dan Newstrom (1989) yang mendefinisikan komitmen sebagai sejauh mana karyawan
mengindentifikasi diri dengan perusahaan dan seberapa ingin ia tetap
berpertisipasi secara aktif didalam perusahaan tempat ia bekerja. Hal ini
diukur dari kesediaan karyawan untuk tetap bekerja dan berkeinginan untuk terus
menjadi anggota perusahan. Komitmen ini biasanya bertambah seiring dengan
waktu, dimana memiliki penglaman sukses selama bekerja.
Sejan dengan konsep tersebut Mowday, Porter dan
Streers (1982), sepakat memberi pengertian komitmen karyawan terhadap
perusahaan sebagai hubungan antara karyawan dengan perusahaan yang merupakan
orientasi karyawan pada perusahan sehinggah bersedia menyumbangkan energinya
dan mengikatkan diri melalui aktivitas dan keterlibatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan dan porter. Kemudian
Sheldon (dalam Steers dan Porter,1983) menyatakan bahwa komitmen sebagai sikap
atau orentasi terhadap perusahaan yang menghudungkan identitas seseoran dengan
perusahaanya. Robbins (1986) menambahkan pengertian komitmen sebagai yang
menggambarkan orientasi karyawan terhadap perusahaan, sementara Miner (1988)
menyatakan bila di tinjuau dari segi sikap, pengertian komitmen adalah kekuatan
relatif dari keterlibatan karyawan dan identifikasi karyawan terhadap
perusahaan dimana ia bekerja.
Strees dan Porter (1983) membagi komitmen menjadi
dua pendekatan utama : (1) Attudinal
Commitment, yang memandang komitmen sebagai sikap . karyawan mengadakan
indentifikasi dengan tujuan dan nilai perusahaan dan berkeinginan tetap menjadi
anggota perusahaan guna memudahkan pencapaian tujuan ; (2) Behavioral commitment, yang memandang komitmen sebagai perilaku.
Karyawan akan mempunyai komintmen terhadap perusahaan karena tergantung pada
aktivitas pada masa lalunya, atau jika karyawan telah mempunyai banyak investasi
diperusahaan yang suli atau tidak mungkin di tinggalkan.
Pendekatan ini banyak di dominasi oleh penelitian
yang dilakukan oleh Bakker (dalam Oliver,1990) yang menyatakan bahwa komitmen
adalah sebagai akibat adanya taruhan sampingan ( side bets) berwujud waktu,
uang, status, keterampilan, maupun fasilitas dari perusahaan. Pada pengertian
ini seorang karyawan terikat untuk melakukan sesuatu yang konsisten karena bila
tidak, maka ia akan kehilangan semua investasi yang telah diberikan. Pada
perkembangan selanjuntnya, Meyer dan Allen menggabungkan kedua pendekatan
tentang komitmen yaitu sikap dan perilaku dan memodifikasinya ke dalam 3 (
tiga) bentuk konsep (dalam Alrosyid,1995),yaitu :
1.
Affective attachment, yaitu ketergantungan secara afiksi pada perusahaan sehingga
merupakan kekuatan karyawan untuk
mengidentifikasi diri, terlibat, dan senang menjadi anggota suatu perusahaan.
2.
Perceived cost , yaitu kecenerungan untuk konsisten pada aktifitas
yang berdasarkan atas kerugian yang di deritakaryawan sehubungan dengan
terputusnya aktifita.
3.
Obligation , yaitu suatu keyakinan mengenai tanggung jawab
karyawan terhadap perusahaan.
Kedua sudut pandang tentang komitmen sikap dan
prilaku merupakan sudut pandang yang tidak saling bertentangan. Kedua konsep
tersebut sangat berguna untuk memahami komitmen. Komitmen berupa sikap
memfokuskan pemahaman pada proses pemikiran individu tentang hubungan karyawan
dengan perusahaan dalam hal ini kesamaan jalan antara nilai, norma dan tujuan karyawan dengan
perusahaan.
Berdasarkan konsep komitmen di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa komitmen karyawan pada perusahaan adalah tingkat kekuatan identifikasi
karyawan yang ditunjukkan dengan penerimaan penuh atas nilai- nilai dan tujuan
perusahaan, adanya keinginan berusaha demi kepentingan perusahaan dan adanya
keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan.
2.2.2. Aspek – Aspek Komitmen Karyawan Pada
Perusahaan
Steers dan Porter (1983) mengemukakan
bahwa komitmen karyawan pada perusahaan memiliki 3 aspek utama yaitu:
1. Identifikasi
Identifikasi adalah penerimaam dan keyakianan
karyawan terhadap nilai – nilai dan tujuan perusahaan. Identifikasi ini akan
membawa karyawan dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan
perusahaan, karena karyawan yakin bahwa tujuan perusahaan disusun emi kebutuhan
pribadi mereka.
2.
Keterlibatan
Keterlibatan adalah kesiapan dan kesediaan karyawan
untuk berusaha dengan sungguh – sungguh demi kepentingan dan kelangsungan
perusahaan. Keterlibatan ini menyebabkan mereka mau dan senang bekerjasama
denganrekan sekerja ataupun dengan pimpinan.
3.
Loyalitas
Loyalitas merupakan keinginan mempertahankan
keanggotaan di dalam perusahaan dimana ia bekerja. Karyawan yang memiliki
loyalitas tinggi memiliki kesediaan untuk melanggengkan hubungan dengan perusahaan,
kalau dengan megorbankan kepentingan pribadinya.
Berdasarkan konsep di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa aspek – aspek komitmen karyawan pada perusahaan meliputi identifikasi, keterlibatan,dan
loyalitas.
2.2.3. Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan Pada Perusahaan
Strees, Porter, dan Mowday (1982) membedakan faktor
– faktor yang mempengaruhi komitmen pada karyawan pada perusahaan menjadi empat
kategori yaitu :
1.
Karakteristik
Personal
Mencakup masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, faktor
kepribadian, dan tingkat pendidikan. Masa kerja mempunyai korelasi positif
dengan komitmen karyawan terhadap perusahan sedangkan tingkat pendidikan
berkorelasi negatif dengan komitmen karyawan terhadap perusahaan
2. Karakteristik Pekerjaan
Mencakup antara lain : job enrichment, kejelasan peran, pengembangan diri, karir, umpan
balik, tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi, dan dimensi inti
pekerjaan.
3.
Karakteristik
Struktural
Faktor – faktor yang tercakup dalam karakteristik
struktural antara lain: tingkat formalisasi,ketergantungan fungsional dan
desentralisasi.
4.
Sifat
dan Kualitas Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja dipandang sebagai kekuatan
sosialisasi yang penting yang mempengaruhi kelekatan psikologis. Pengalaman
kerja terbukti berkorelasi positif dengan komitmen karyawan pada perusahaan
sejauh menyangkut taraf seberapa an Kobesar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan
minatnya, dan seberapa besar harapan – harapan karyawan dapat terpenuhi dalam
pelaksanaan pekerjaannya.
Pembentuk komitmen karyawan terhadap perusahaan
diawali ketika karyawan mulai masuk dan menjadi anggota organisasi kerja
perusahaan, perusahaan memulai tahap – tahap yang untuk membimbing karyawan mengenal nilai –
nilai perusahaan dan bagaimana pekerjaan dilakukan.
Komitmen terhadap perusahaan tercermin dalam kinerja
karyawan, semakin tinggi kotminmen karyawan, maka kinerjanya akan semakin baik.
Disamping itu, komitmen karyawan juga akan terkait dengan masa kerja karyawan,
absensi, trun over, prestasi kerja, dan produktivitas kerja.
2.3. Hubungan
Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 Dengan Komitmen Pekerja Pada
Perusahaan
Suma’mur (1995) mengatakan keselamatan
kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengelolahanya, landasan tempat kerja, dan lingkungan serta
cara- cara melakukan pekerjaan. Sedang kesehatan kinerja adalah merupakan
spesialisasi dalam ilmu kesehatan besrta prakteknya yang bertujuan agra pekerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya baik fisik, mental ,
maupun sosial, dengan upaya preventf dan kuratif terhadap penyakit – penyakit
atau gangguan – gangguan kesehatan yang diakibtkan faktor – faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Menuru Suma’mur bahwa sikap terhadap
keselamatan kerja ada 2 tefsiran, yaitu:
1. Tafsiran pertama adalah tingkat
operasional dan meliputi keselamatan yang konflesks reaksi tenaga kerja
terhadap pekerjaan dan lingkungannya. Keseluruhan reaksi ini merupakan landasan
psikologi bagi penyelenggaraan pekerjaan dan mengatur tingkah lakunya.
2. Tafsiran kedua bertalian dengan sikap
tenaga kerja terhadap keselamatan atas nama dinamika psikologi.
Berdasarkan tafsiran diatas yang
menyatakan bahwa penerapan K3 berhubungan dengan dinamika psikologis karyawan,
arinya bahwa apabila dalam perusahaan terjamin keamanan dan kenyamanan dalam
bekerja maka akan mempengaruhi kondisi psikologis karyawan terhadap perusahaan
yaitu adanya keterlibatan dan kesediaan ( komintmen) karyawan dalam bekerja dengan
sungguh – sungguh demi kepentingan dan kelangsungan perusahaan .
Dengan kata lain, dapat diasumsikan
bahwa sikap terhadap penerapan program K3 memiliki hubungan dengan komitmen
karyawan terhadap perusahaan. Semakin baik karyawan memberikan dukungan terhadap
penerapan K3 maka akan diikuti dengan tingginya komitmen karyawan terhadap
perusahaan.
2.4.
Kerangka Konsep
2.5.
Variabel Penelitian
1. Variabel
independen : sikap pekerja terhadap program K3
2. Variabel
dependen : Komitmen pekerjan pada perusahaan.
2.6.
Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian yang akan diuji adalah ada
hubangan sikap pekerja terhadap penerapan program K3 dengan kotmitmen pekerja
pada perusahaan .
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian adalah bersifat diskriftif analitik.
3.2. Lokasi
dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi
Penelitian dilakukan di PT.Suryamas Lestariprima
Tanjung Morawa Tahun 2012 dengan alasan :
1.
Adanya
penerapan program K3 di perusahaan tersebut.
2.
Belum
pernah dilakukan penelitian tentang hubungan sikap pekerja terhadap penerapan
program K3 dengan komitmen karyawan padaperusahaan tersebut.
3.
Adanya
kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian
tersebut.
3.2.2. Waktu
Penelitian
direncanakan bulan Juni – Juli 2012
3.3. Populasi
dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini populasi adalah seluruh tenaga
kerja yang bekerja di PT. Suryamas Lestariprima Tanjung Morawa yaitu sebanyak
629 orang.
3.3.2. Sampel
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagian
tenaga kerja yang bekerja pada bagian
produksi. Bagian produksi , yang di ambil dengan menggunakan rumus.
dimana
:
N
= Besar Populasi
n
= Besar Sampel
d
= Tingkat kepercayaan 1 ketepatan yang diinginkan (sebesar 95%)
n = 92.898 = 93
Dari hasil perhitungan
rumus diatas didapat jumlah sampel sebanyak 93 oarang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data
Primer
Data
yang diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner.
3.4.2. Data
Sekunder
Data
ini memcakup data umum perusahaan yang diperoleh dari bagian personalia
PT.Suryamas Lestariprima Tanjung Morawa Tahun 2012.
3.5.
Definisi Operasional
a.
Sikap
Pekerja : Reaksi pekerja dalam mendukung atau tidak mendukung terhadap
penerapan program K3 di perusahaan.
b.
Komitmen
Pekerja : Penerimaan Penuh pekerja atas nilai – nilai dan tujuan perusahaan
sehinggah ada keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan.
3.6.
Aspek Pengukuran
Menurut Suharsimi Arikunto dalm Bukunya Menajemen
Penelitian (1990), menetapkan kategori sikap dan komitmen sebagai berikut :
Jumlah pertanyaan untuk sikap sebanyak 14 dengan
total nilai 14 ( benar nilai 1, salah nilai 0 ), dan jumlah pernyataan untuk
komitmen sebanyak 15 dengan total nilai
15 ( benar nilai 1, sala nilai 0 ).
1.
Sikap
baik , skor > 70% ( 10 – 14 ) dari
total pernyataan tentang sikap
Sikap
cukup, skor 40% - 70% (6-9) dari total pertanyaan tentang sikap
Sikap
buruk, skor < 40% (0-5) dari total pertanyaan tentang sikap
2.
Komitmen
baik, skor > 70%(11-14) dari total pertanyaan tentang komitmen
Komitmen
cukup, skor 40% - 70% (7-10) dari total pertanyaan tentang komitmen
Komitmen
buruk, skor < 40% ( 0-6) dari total pertanyaan tentang komitmen.
3.7.
Teknik Analisa Data
Data
dikumpulkan secara manual kemudian dilakukan koding dan editing dengan
komputer. Untuk mengetahui adanya hubungan bermakna secara statistik antara
sikap terhadap penerapan Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3) dengan Komitmen,
digunakan Uji statistik Chi Square pada
p < 0,05 dengan bantuan program SPSS.Uraian Terhadap data dilakukan secara
deskriptif.
DAFTAR
PUSTAKA
Alawi S.,2001 Menajemen Sumber Daya
Manusia .Stategi Keunggulan Kompetitif .BPEF – Yogyakarta
Ferdinan Siahaan .,2005 Hubungan Sikap Pekerja
Terhadap Penerapan Program K3 dengan Komitmen Pekerja, USU Respositori.
Flippo E.B.,1976 Principles of Personal
Menagement. McGraw-Hill Ltd,USA
Gerungan W.A., 1983 Psikologi Sosial PT.
Refika Aditama, Bandung
Notoadmojo S, 2004 Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan IlmuPrilaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta
Probowo ., 2002 Mengapa Seseorang
Bertahan Dalam Organisasi. Psikomensia Kajain Ilmiah Psikologi:Volume 1, No 2
Hal 111-112
Silalahi B.N.B dan Silalahi R.B.,1995.
Menajemet Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.PT. Pustaka Binaman Pressindo
,Jakarta.
Suma’mur P.K.,1995 Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan.PT.Gunung Agung., Jakarta.
Streers R.M.,1998 Introduction to
Organitational Behavior. Scott Foresman and Company , Chicago.
Streers R.Mdan Porter, L.W.,1983
Motivation and Work Behavior. McGraw Hil Book Co, NewYork.
artikelnya bagus
BalasHapuswww.sepatusafetyonline.com